CERPEN ISRA' MIRAJ 1445 H
Tema : Isra' Miraj 1445 H
Iman dalam Belajar
Penulis : Abdullah Tsabit XI-A2
Editor : Tenaya Farrel Opy Suwarno
XI-A2
Evan seorang pemuda yang
lahir dari keluarga kaya raya. Ayahnya pendiri perusahaan tekstil besar.
Hidupnya pun berkecukupan. Sering kali kelebihan. Saat ini, Evan duduk di bangku
SMA. Sekolah tempatnya belajar ini merupakan SMA bergengsi di kotanya. Banyak
lulusannya melanjutkan pendidikan ke Universitas ternama.
Perjalanan Evan di SMA
tidak berjalan dengan mulus. Dia sering mendapatkan tugas dari sekolah. Baik
tugas tertulis maupun presentasi. Hal ini membuat Evan sedikit “gila”.
“Belum selesai tugas
matematika, tambah fisika lagi,” keluhnya. Bagai siang dan malam, tugas terus
berdatangan.
“Van, mau ikut kerja sama
ngga di rumahku?” ajak Kawish. Dia teman lama Evan dari sejak SMP. Rumahnya
tidak jauh dari sekolah. Mereka juga biasa mengerjakan tugas di sana.
“Pulang sekolah?”
“Ya.”
“Ok.”
Sesampainya di rumah Kawish,
Evan duduk di kursi ruang tamu. Di rumah belum ada siapa pun, hanya mereka
saja. Mereka pun memutuskan untuk sholat ashar terlebih dahulu. Setelah itu mereka
segera mengerjakan tugas.
“Kita kaya gini terus
emang bisa pinter ya?” celetuk Evan.
“Kenapa? Kamu kok bilang
gitu?”
“ Ya gimana ya.... Kita
udah belajar selama ini dan hasilnya gitu-gitu aja. Mau lagi ada niat, ada
semangat, atau ga ada sama sekali tetep gini,” jawab Evan.
Kawish terdiam....
“Jadi selama ini kamu
belajar agar menjadi orang yang pintar?” tanya Kawish.
“ Ya. Emang ada lagi?”
“Kalo aku sih ya, belajar
itu bukan cuma upaya mempersiapkan masa depan aja. Belajar lebih dari itu.
Dalam Islam, belajar itu sebuah kewajiban, bahkan dihitung sebagai ibadah.”
Mendengar itu, Evan
sedikit kebingungan. Ia keheranan dan bertanya, “Emang wajib ya?”
“ Iya. ‘Tholaabul ilmi
faridhotun ala kulli muslimin’. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap
muslimin,” jelas Kawish.
“Dengan begitu aku tidak
merasa terbebani ketika belajar. Justru aku senang karena bisa melaksanakan
perintah Allah.”
Evan mengerti. Selama ini
dia Menuntut ilmu hanya untuk mencapai dunia yang diinginkannya. Hal ini
membuatnya stres karena takut tidak mampu menggapai mimpinya. Padahal Allah
yang menghendaki dirinya sukses atau tidak.
“Tapi kan, kalo kita
diberi tugas terus menerus seperti ini kita bisa keteteran.”
“Kalo itu sama seperti
sholat. Kerjakan tepat pada waktunya, tinggalkan semua yang tidak berhubungan
dengan tugas itu. Lama-lama juga terbiasa. Toh, kita baru kelas 10.”
“Jadi begitu.”
“Ya.”
Setelah hari itu,
kehidupan Evan terasa lebih lancar, bisa dibilang “licin”. Dia selalu bisa
mengerjakan tugas-tugasnya tepat waktu. Kali ini tanpa rasa berat dihati.
Prestasi Evan dalam akademik tidak pernah setinggi semester ini. Karena dia
terus meningkatkan kualitas belajarnya. Dia tahu belajar adalah sebuah ibadah.
Komentar
Posting Komentar