CERPEN ( TEMA : RAMADHAN )

 

Patience Pays off

Rohis SMAN 15 Semarang (By. Dewi Putri Lestari/@dewi.pu312)

     Cerpen ini menceritakan seorang anak laki-laki bernama Aldo yang tinggal di Pondok Pesantren. Selama dua tahun terakhir saat libur lebaran, Aldo dan teman-temannya tidak dapat pulang ke rumah dikarenakan adanya Covid yang menyebar dan meningkat di Indonesia, alhasil membuat mereka takut apabila saat pulang nanti membawa virus yang mengakibatkan keluarga mereka tertular. Agar keluarga tidak tertular, mereka menunda untuk pulang sampai virus Covid segera mereda. Aldo pun menunggu dengan sabar dan berdoa agar virus ini segera lenyap dari bumi. Dan akhirnya hari yang ditunggu pun tiba, di mana saat lebaran kali ini Aldo dapat pulang ke rumah bertemu dengan keluarga setelah sekian lama tidak pulang. Dengan syarat Aldo sudah vaksin dan juga tes PCR yang menandakan Aldo negatif.

        Pada suatu hari, Aldo dan temannya pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat Ashar berjamaah di Masjid At-Taubah, kemudian dilanjut tadarus. Setelah itu, Aldo dan teman yang lain diperintahkan oleh Pak Firman, guru yang mengajar di pondok tersebut untuk berkumpul sambil menunggu adzan Maghrib.

    Saat semua anak sudah berkumpul, Pak Firman datang dan mengucap salam “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh” kata Pak Firman. “Wa’alaikumussalaam Warahmatullahi Wabaraktuh” jawab anak-anak pesantren.

      “Sore ini, bapak ingin menyampaikan berita dari pemerintah bahwa virus Covid yang menyerang Indonesia semakin meningkat, oleh karena itu kita sebagai warga Indonesia harus tetap patuh terhadap protokol kesehatan yang harus kita terapkan setiap harinya. Pada bulan Ramadhan kali ini, saya mewakili bapak Kepala Pondok Pesantren dan guru pengajar meminta maaf karena tidak dapat memulangkan anak-anakku kepada orang tua kalian di lebaran kali ini. Kami melakukan hal ini agar dapat mengurangi dan mencegah adanya hal buruk yang menerpa dikemudian hari. Setelah bapak menyampaikan informasi ini apakah ada yang keberatan?”

    Aldo dan teman-temannya mendengarkan dengan serius apa yang disampaikan Pak Firman, di dalam hati Aldo sangat sedih karena tidak dapat bertemu keluarganya, padahal dia rindu sekali dengan mereka. Namun ingin berbuat apalagi, kalau dipaksakan akan berdampak buruk juga untuk keluarga di rumah. Aldo pun menjawab “Kami setuju Pak, kami mengerti apa yang dikhawatirkan bapak dan ibu guru di pesantren. Maka, kami tidak keberatan untuk tidak dipulangkan, hal itu juga berdampak baik bagi keluarga kami di rumah. Kami juga takut apabila pulang membawa virus yang dapat menular kepada keluarga kami di rumah”. Teman-teman yang lain pun ikut setuju apa yang disampaikan oleh Aldo. “Alhamdulillah kalau begitu, bapak berterimakasih kepada kalian karena dapat memahami situasi sulit yang saat ini kita hadapi, sekian yang ingin bapak sampaikan karena waktu untuk berbuka dan sholat Maghrib telah tiba. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh” kata pak Firman. “Sama-sama Pak, Wa’alaikumussalaam Warahmatullahi Wabaraktuh” jawab Aldo dan teman pesantren lain.

    Pak Firman pun bergegas untuk mengumandangkan adzan. Aldo dan teman-teman pun segera berbuka dengan minum es dan kurma yang disediakan di masjid. Saat selesai makan dan minum Aldo mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat Maghrib setelah itu tadarus, dilanjut sholat Isya’, Tarawih, dan juga tadarus lagi.

.

.

.

    Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, Aldo selalu menanyakan kepada bapak ibu guru, apakah virus Covid sudah hilang dan bapak ibu guru selalu menjawab bahwa virus masih ada. Hal itu membuat Aldo selalu bersabar, Aldo tidak pernah lupa untuk menanyakan keadaan orang rumah dengan meminjam telepon yang ada di pesantren. Aldo selalu berdoa kepada Allah SWT. agar virus segera hilang dari bumi.

    Setelah sholat Tarawih, Pak Firman memerintahkan kepada kami untuk istirahat yang cukup karena besok di pesantren akan diadakan vaksin, Aldo pun bergegas untuk tidur. Paginya, Aldo dan teman-teman berkumpul di aula pesantren untuk melaksanakan vaksin dengan mengikuti arahan dari bapak ibu guru pesantren dan juga polisi yang menjaga acara vaksin agar berjalan lancar dan tentunya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

    Malam harinya, setelah melaksanakan sholat Tarawih Aldo dan teman-temannya mendengarkan ceramah yang disampaikan Pak Firman dengan cermat.

    Disaat sesi tanya jawab Aldo bertanya, “Pak saya mau bertanya, apakah hikmah puasa di bulan Ramadhan ini?”. Pak Firman menjawab “Pertanyaan bagus Aldo, seperti yang kita ketahui puasa bagi orang Islam adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Salah satu hikmah berpuasa adalah puasa melatih kita untuk bersabar. Sabar dalam puasa ada 3 macam, yaitu sabar menghadapi kesulitan, sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT., dan sabar dalam menjauhi larangan-Nya. Dan selama dua tahun terakhir ini kita semua bersabar menunggu agar virus segera hilang.” “Oo begitu ya, pak. Terimakasih penjelasannya, Pak” jawab Aldo sambil menganggukkan kepala. “Iya Aldo, apakah ada yang mau bertanya lagi? Baik karena tidak ada yang bertanya lagi, bapak ingin menyampaikan informasi bahwa libur lebaran kali ini kalian diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing karena seperti yang bapak ibu guru ketahui melalui berita dari pemerintah bahwa virus sudah mereda, namun dengan syarat kalian sudah vaksin dan juga tes PCR. Alhamdulillah, kita sudah vaksin dan hasil PCR yang sudah kalian lakukan hasilnya negatif. Jadi anak-anakku diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing dan melepas rindu dengan keluarganya, setelah dua tahun kita menetap di pesantren ini. Seperti yang bapak katakan tadi bahwa puasa melatih kesabaran kita selama dua tahun ini dan kesabaran itu membuahkan hasil. Sekian yang bapak sampaikan, terima kasih atas perhatian anak-anakku semua.”

    Setelah mendengar itu Aldo bersyukur dan merasa benar apa yang dikatakan pak Firman “Bahwa saat puasa melatih kita untuk bersabar selama dua tahun ini dan kesabaran itu membuahkan hasil.” Dan karena sabar itu dapat membuat Aldo pulang ke rumah bertemu keluarganya. Aldo pun membereskan kamarnya dan merapikan barang yang akan dia bawa besok saat pulang.

    Keesokan harinya, Aldo dijemput oleh kakak tercintanya untuk pulang. Tetapi sebelum pulang Aldo berpamitan kepada bapak ibu guru pesantren. Setelah itu, Aldo dan kakaknya melakukan perjalanan pulang menggunakan mobil, diperjalanan Aldo menceritakan susah dan senang dirinya saat di pesantren, sang kakak pun mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan adiknya itu.

    Saat sampai di rumah, Aldo melihat dari dalam mobil kedua orang tuanya menunggu di depan gerbang rumah. Aldo pun bergegas keluar mobil dan berlari memeluk ayah ibunya sambil meneteskan air mata. “Ibuu, ayahhh, Al kangen banget,” kata Aldo.

    “Ya Allah nang, ibu juga kangen banget sama kamu, ibu kok merasa tinggi kamu melebihi ibu ya.” jawab ibu sambil bergurau dan ditanggapi ayah dan kakak aldo dengan tawa. Setelah melepas rindu Aldo diajak masuk oleh ibu untuk istirahat.

    Paginya Aldo, ayah, ibu, dan kakak Aldo bersiap-siap untuk shalat Idul Fitri di masjid dekat rumah. Selesai sholat Aldo pulang, saat di rumah dia meminta maaf kepada kedua orang tua dan kakaknya. Sehabis meminta maaf mereka makan ketupat dan opor ayam, kemudian dilanjut pergi ke rumah tetangga untuk halal bihalal. Selesai halal bihalal, Aldo dan keluarganya pergi berziarah ke makam keluarga. Selama satu bulan Aldo melepas rindu dengan keluarga, dan tidak terasa Aldo harus kembali ke pesantren untuk melanjutkan pendidikan agamanya dengan diantarkan oleh ayah, ibu dan juga kakaknya.

~ END ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MADING ONLINE (Tema : Isra' Miraj 1445 H)

CERPEN ISRA' MIRAJ 1445 H

MADING ONLINE (Tema : Maulid Nabi Muhammad SAW)