CERPEN Hutang Puasa
Tema : "Penuhi hutang puasamu sebelum
ditagih di hari akhir"
MENJELANG BULAN SUCI RAMADHAN
Rohis SMAN 15 Semarang (By: Shafira Najwa N.A/X-9)
***
"Sodaqallahul'adziim."
Beberapa remaja perempuan akhirnya menutup
Al-Qur'annya masing-masing karena kegiatan mengaji telah selesai. Mereka tidak
langsung pulang ke rumah, melainkan masih duduk di dalam masjid. Hanya sekedar
berbicara satu sama lain sekaligus istirahat sejenak.
"Hafalan suratku makin hari makin
banyak," ucap Cantika.
"MasyaAllah, ikut seneng aku
dengernya. Kamu keren banget," kata Viola.
"Pasti orang tuamu bangga sama
kamu," timpal Kirana.
"Alhamdulillah, terima kasih semua
atas pujiannya," ucap Cantika sambil tersenyum.
"Sama-sama Cantika," balas Viola
dan Kirana secara bersamaan.
"Oh, iya. Beberapa minggu lagi udah
masuk bulan Ramadhan loh," kata Cantika.
"Nggak kerasa, ya? Waktu berlalu
begitu cepat," ucap Viola.
"Bener! Ngomong-ngomong soal bulan
Ramadhan, siapa yang udah ganti puasa?" tanya Kirana menatap mereka
berdua.
"Aku udah dong!" jawab Cantika
bersemangat.
"Aku juga!" seru Viola.
"Masa? Palingan juga baru ganti
sehari puasanya," ucap Cantika mencoba menjahili Viola.
"Enak aja kalo ngomong! Aku udah
ganti puasa selama seminggu tau!" balas Viola tidak terima.
Gadis itu memalingkan wajahnya ke samping.
Seolah tau jika Viola sedang kesal membuat mereka berdua tertawa. Percayalah,
ini hanya sebuah candaan.
"Ngapain juga ganti puasa? Mending
gausah."
Mereka terdiam sejenak setelah mendengar
kalimat itu. Mereka langsung mencari sumber suara tersebut. Ternyata, ada
seorang remaja perempuan dengan posisi duduk bersandar di tembok di
belakangnya. Mereka bertiga mengenali siapa remaja perempuan itu.
"Astaghfirullah, Salsa. Nggak boleh
kayak gitu. Hukumnya ganti puasa kan wajib," kata Cantika menatap Salsa.
"Emang kenapa kalo nggak ganti
puasa?" tanya Salsa.
"Dapet dosa lah, masa dapet pahala.
Yang bener aja," ketus Viola.
"Alah, cuman dosa doang. Pahala mah
bisa di cari," balas Salsa.
Mereka membelalakkan mata karena terkejut.
Mereka berpikir apakah otak Salsa sudah di cuci oleh setan? Sehingga membalas
seperti itu.
"Iya, bener. Tapi jangan pernah
nyepelein dosa sekalipun. Kamu nggak bakal tau dosamu seberapa. Hanya Allah
yang tau," ucap Kirana.
"Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
sebanyak apapun dosaku pasti Allah akan mengampuniku," celetuk Salsa asal.
Viola menggeleng-gelengkan kepala,
"Mentang-mentang Allah baik sama hamba-Nya, jadi ngelunjak," sindir
gadis itu.
"Suka-suka aku lah," protes
Salsa.
"Udah! Jangan pada berantem!"
lerai Cantika.
"Orang dianya ngeselin," gerutu
Viola.
"Tahan, Viola. Dia temen
kita..." ucap Kirana sambil mengelus bahu Viola.
"Apaan, dia bukan temenku," ketus
Viola.
Sedangkan Salsa hanya menghiraukan hal
tersebut.
"Oh iya, kamu udah ganti puasa apa
belum?" tanya Kirana.
"Ya belum lah," jawab Salsa.
"Terus rencananya mau ganti
kapan?" tanya Cantika.
"Aku nggak bakal ganti," jawab
Salsa.
"Kenapa?" tanya Kirana.
"Males."
Singkat, padat dan jelas atas jawaban dari
Salsa. Memang harus ekstra sabar jika menghadapi gadis itu. Mereka hanya bisa
mengelus dada.
"Lawan rasa malesmu kalo kamu nggak
mau dapet dosa," kata Kirana.
"Bener, kalo kamu nggak ganti puasa
nanti bakal ditagih waktu di hari akhir. Emang kamu nggak takut apa?"
tanya Cantika.
Salsa diam sejenak. Memikirkan apa yang
baru saja ia dengar. Seketika gadis itu merasa panik.
"K-kalian pasti bohong kan?"
tanya Salsa gugup.
"Ya nggak lah, ngapain juga kita
bohong. Kita ngomong sesuai fakta," jawab Viola.
"Selain ganti puasa, apa ada
lagi?" tanya Salsa.
"Ada, yaitu membayar fidyah.
Dengan memberikan bahan pokok sebesar satu mud kepada satu orang fakir
miskin untuk satu hari puasa yang di tinggalkan. Jika dihitung dalam jumlah,
satu mud setara dengan 675 gram beras," jelas Kirana memberitahu akan hal
tersebut.
"Ah, begitu. Baiklah. Makasih
teman-teman buat informasinya. InsyaAllah, besok aku akan mengganti
puasaku," ucap Salsa membuat mereka tersenyum.
"Sama-sama, Salsa. Semangat ya dan
inget kata-kata penuhi hutang puasamu sebelum di tagih di hari akhir,"
kata Kirana yang di akhiri oleh suara tawa dari mereka berempat.
***
~TAMAT~
Komentar
Posting Komentar