CERPEN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Tema : Maulid Nabi Muhammad SAW
Menyentuh Hati : Cinta Rasul Bukan Sekadar Ucapan
(By. Azka-Putri-Linda)
Matahari pagi, menyinari seluruh bagian bumi.
Tampak seorang pemuda laki-laki yang bernama
Bayu sedang menikmati jalan pagi, namun saat merasa lelah dia berhenti sejenak di masjid
untuk beristirahat. Tepat di masjid, Bayu melihat seorang anak kecil yang merupakan
tetangganya bernama Abdul lalu dia mendekatinya.
"Assalamualaikum, dek Abdul. Lagi apa di depan masjid? Kamu engga istirahat saja di rumah, wajah kamu pucat lohh…” tanya pemuda tersebut.
“Wa'alaikumussalam, ini habis sholawatan kak sama teman-teman di dalam masjid.” jawab
Abdul dengan suara rendah.
Dapat diketahui dengan jelas bahwa Abdul sedang kurang sehat. Matanya begitu sayup, pucat, dan keningnya menahan pening.
Kemudian Abdul bertanya kepada kak Bayu
“Kak, seperti yang aku lihat. Hari ini story WhatsApp kakak begitu ramai dan penuh dengan ucapan Maulid Nabi?”
“Iya, dek. Hari ini kan dua belas Rabiul Awal yang menjadi peringatan Hari Kelahiran
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.” jawab kak Bayu
" Oh begitu, tetapi setahun terakhir aku ingat kakak tidak pernah mempublikasikan ucapan
tentang ajakan bersholawat, serta meningkatkan kecintaan terhadap Rasulullah.” kata Abdul
“Iya sih dek, itukan dulu. Sekarang karena keadaannya sedang pandemi, orang-orang banyak yang lebih dekat dengan gawai daripada berkeliling di dunia nyata. Jadi, kak Bayu pikir sekali-kali bisalah biar dikira anak sholeh." Kata Bayu.
"Waduh! Kok malah ingin dianggap sholeh gitu kak?” tanya Abdul
“Ya, enggak apa-apa. Setidaknya sudah ikut menebar kebaikan dengan mengunggah postingan keagamaan. Lagian ini namanya memanfaatkan momentum, benar tidak?” jawab kak Bayu
Abdul terlihat semakin pusing. Bukan lagi karena sinar matahari yang mulai menyengat,
melainkan perilaku kak Bayu yang mulai menyimpang.
“Maaf ya kak Bayu, aku pikir perbuatan kakak itu sudah benar tapi sayang niatnya yang salah. Benar bahwa kak Bayu sedang menebarkan kebaikan melalui ajakan bersholawat tepat pada momentum Maulid Rasul. Tapi, apakah bersamaan dengan hal tersebut hati kak Bayu sudah tulus dan ikhlas bersholawat untuk Nabi kita?”
Kak Bayu pun terdiam, dirinya memiliki seribu dalih untuk menyanggah. Akan tetapi dirinya malah sedih ketika melihat raut wajah dek Abdul yang semakin pucat. Ia takut membuat Abdul tambah sakit.
“Kak Bayu sadarilah bahwa entah itu Isra Miraj, Maulid Nabi, Nuzulul Quran, atau bahkan Muharram, semuanya hanyalah momentum kak. Dalam artian, ibadah kita tetap harus jalan tiap hari. Sholawat kita kepada Nabi pula sudah semestinya dilantunkan selagi sempat dan sempit. Hal semacam itu tidak perlu menunggu momentum, apalagi sampai dijadikan landasan agar dipandang sebagai orang yang sholeh.”
Kak Bayu pun semakin tak bisa berkata-kata. Beribu alasan yang tadinya ingin dilontarkan
lenyap seketika. Entah perginya ke mana. Rasanya diri begitu tertampar dan hati yang tak
berbentuk itu begitu sakit tertusuk-tusuk
“Aduh, kenapa nasihat kamu begitu sampai di hati kak Bayu ya?”
“Alhamdulillah kak, itulah sebaik-baiknya nasihat. Jikalau pesan yang kita dapatkan dari orang lain tidak berbekas apa-apa di hati, maka dapat dipastikan bahwa pesan tersebut tidak sampai dan menancap di sanubari.”
Keduanya pun tersenyum dan saling menabur senyum hangat. Beruntung Allah bukakan hati kak Bayu sehingga dirinya bisa menerima nasihat dengan lapang dada seraya tersenyum bahagia.
Setelah mengobrol, kak Bayu mengantarkan Abdul pulang ke rumah. Karena dirinya tidak tega untuk membiarkan Abdul pulang sendiri.
Di perjalanan Abdul mengajak kak Bayu untuk mengikuti kajian.
"Kak Bayu, besok sore ada kajian memperingati Maulid Nabi di masjid. Ayok kak ikut,
menambah ilmu sekaligus menambah pahala."
"Oh gitu, nanti kalau kak Bayu sudah pulang kuliah. Insyaallah kakak ikut." Jawab kak Bayu
"Okey kak, untuk tema kajiannya bagus lohh… yaitu jadikan akhlak Nabi sebagai pedoman
akhlak generasi masa kini." Kata Abdul
"Cocok kan untuk kita para generasi muda?" Tanya Abdul
"Iya bagus temanya." Jawab Bayu
Dirinya pun semakin sadar bahwa bersholawat itu tidak harus menunggu Maulid Nabi tiba. Begitupun dengan ibadah lainnya. Karena kita mati bisa kapan saja, dan diri ini tidak pernah tahu tentang amalan mana yang bakal mengantarkan diri ke surga.
Teruslah beramal hingga akhir Hayat
Komentar
Posting Komentar