CERPEN NUZULUL QUR'AN 1445 H
Tema :
Sholatlah
Sebelum di Sholatkan, Bacalah Al-Qur’an Sebelum Dikafankan
Penulis
: Acalaila Dibia Leida / X-6
Editor
: Qorina Hanura Salsabila/X-8
Pada suatu hari, ada
seorang siswa yang hampir tidak pernah melaksanakan kewajiban sholat dan
mengaji. Mara namanya, siswa kelas 10 itu kini sedang tidur di tempat duduknya.
“Allahuakbar...
Allahuakbar....”
Adzan dzuhur telah
berkumandang dari masjid sekolah. Kinan, teman sekelas Mara itu sudah lelah
menghela nafas melihat kebiasaan Mara yang menyepelekan kewajiban agama.
Sebetulnya, Kinan ingin sekali mengajak Mara untuk melaksanakan sholat bersama,
tapi Kinan merasa tidak enak karena pada dasarnya mereka berdua tidak dekat.
Namun kali ini, Kinan memberanikan dirinya untuk mengajak Mara sholat bersama
karena sebetulnya pun, Kinan takut apabila dirinya juga mendapatkan dosa akibat
diam saja padahal tahu perbuatan yang dilakukan Mara itu tidak benar.
“Mara....”
“Hah? Kenapa? Ganggu
orang istirahat aja.”
Syukurlah, ternyata Mara
masih terbangun.
“Oh, maaf Mara bukan
bermaksud.... Emm ikut sholat bareng di masjid, yuk?”
“Nggak dulu deh. Mau
tidur, ngantuk.”
“Apa yang bikin kamu
malas kayak gini, Mara?
“Ya males aja, mending
tidur.”
“Aku tahu, mungkin kamu
belum bisa menemukan titik kenikmatan dalam beribadah karena kamu belum
terbiasa melakukannya. Tapi percayalah padaku Mara, hidupmu akan tertata kalau
kamu rajin melaksanakan sholat.”
“Tau darimana kamu bisa
ngomong kayak gitu?”
“Sudah tertulis di dalam
Al-Qur’an, Mara. Surat Al-Ankabut ayat 45 yang artinya itu, ‘Bacalah apa yang
telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Quran dan dirikanlah salat. Sesungguhnya
salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.’ Semua yang sudah tertulis
di Al-Qur’an itu 100% benar.”
“Kapan-kapan ajalah
ntar.”
Mara memalingkan wajahnya
dan meletakkan kepalanya di meja seolah-olah memang tidak peduli sama sekali.
Entahlah, yang terpenting Kinan sudah ada inisiatif baik untuk mengajaknya.
Keesokan harinya saat jam
pelajaran Agama Islam, terlihat Mara dengan santainya tidur di saat Bu Nisa
sedang menjelaskan materi. Bu Nisa yang mengetahui hal tersebut hanya bisa
beristighfar dalam hati, ia tidak ingin memarahinya sehingga pembelajaran
menjadi terganggu.
Kringgg... Kringgg....
Bel istirahat berbunyi.
Kinan berpikir ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara dengan Bu Nisa. Ia
menghampiri Bu Nisa yang duduk di meja guru.
“Permisi Bu Nisa....”
“Iya, Kinan. Ada apa, Sayang?”
“Begini Bu... saya ingin
meminta tolong kepada Bu Nisa agar Ibu memberi bimbingan kepada Mara mengenai
sholat. Selama ini dia tidak pernah melaksanakan sholat Bu, saya sudah
mengajaknya namun ia kekeuh tidak mau melaksanakan....”
“MaasyaAllah terima kasih
Kinan sudah mau peduli dengan temanmu. Ibu akan mengurusnya, kamu bisa
istirahat dulu. Sekali lagi terima kasih ya sayang”
“Baik Bu Nisa.... Saya
yang seharusnya terima kasih. Terima kasih Bu.... Saya izin keluar kelas dulu
ya, Bu....”
“Iya sama-sama, Sayang.
Silakan.”
Lantas setelah mendengar
informasi dari Kinan, Bu Nisa menghampiri Mara dan duduk di sebelahnya. Dengan
lembut ia menepuk-nepuk pundak Mara berniat membangunkannya.
“Mara... bangun yuk, Nak.”
“Emh eh iya Bu....” ucap
Mara sembari mengucek matanya.
“Kenapa? Ngantuk? Semalam
tidur jam berapa?”
“Jam 2 Bu.”
“Waduh larut sekali.... Jangan
biasakan tidur terlalu malam gitu Mara... tidak baik loh untuk kesehatanmu.
Tadi kamu dengar tidak materi apa yang sudah di sampaikan Ibu?”
“Hehe tidak Bu....”
“Besok jangan diulang
lagi ya, Sayang. Sama saja kamu tidak menghargai Ibu yang sedang menjelaskan materi.”
“Iya Bu tidak akan saya
ulangi, saya minta maaf....”
“Ibu maafkan. Tapi Ibu
ingin bertanya, tadi pagi Mara sholat Subuh tidak?”
“Tidak Bu... Mara
mengantuk.”
“Itu juga akibat dari
tidur terlalu malam, Mara. Kalau sholat lainnya selain Subuh, sudah
dilaksanakan?”
“Emm... jarang, Bu”
“Mungkin logikanya kamu
melaksanakan sholat fardu di siang, sore, dan malam saja berat apalagi sholat
di pagi buta ya? Begitu?”
“Nah betul itu, Bu. Tidak
apa-apa kan?”
“Itu tidak benar, Mara.
Begini, Mara tahu tidak dosa apa yang paling besar di hadapan Allah?”
“Tidak tahu, Bu.”
“Dosa itu adalah syirik,
yaitu menyekutukan Allah atau menyembah selain Allah. Bagaimana jika seorang
muslim meninggalkan shalat? Apakah perilaku tersebut termasuk syirik? Iya, itu
termasuk perbuatan syirik. Yang mana apabila dilakukan maka akan mendapat dosa
yang sangat amat besar, dan pada akhirnya akan ditempatkan di neraka yang kekal
Mara. Kamu tidak mau masuk neraka, kan?”
Mara menunduk sambil
merenungkan kata-kata Bu Nisa. Dia merasa terdorong untuk memahami pentingnya
shalat.
“Sholat itu juga dapat
membuat hati kita tenang. Karena setiap kali kita shalat, kita sedang berbicara
langsung dengan Allah. Itu adalah momen ketika kita bisa berbicara tentang apa
saja yang ada di hati kita, meminta bimbingan-Nya, dan bersyukur atas segala
nikmat-Nya. Kamu minta apa saja kepada Allah pasti akan dikabulkan jika kamu
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan sholat,” lanjut Bu Nisa.
Mara semakin mencoba
membawa kata-kata tersebut ke dalam hati dan pikirannya, mencerna bahwa hal
tersebut memang benar adanya.
“Sudah tahu kan sekarang
kenapa sholat sepenting itu, Mara? Jangan menyepelekan sholat lagi ya, Sayang.
Jangan sampai kamu menyesal, Nak. Sholatlah sebelum di sholatkan.”
“Iya Bu... Mara sudah
paham sekarang.... Mara menyesal, setelah ini saya akan rajin sholat,”
“Alhamdulillah... bagus,
nanti sholat Dzuhur di masjid ya Mara....”
Tidak disangka, setelah
kejadian tersebut Mara kini betul-betul rajin melaksanakan sholat. Beberapa minggu setelahnya saat jam
istirahat, Mara menemui Bu Nisa yang sedang duduk di meja guru. Ia mengambil
kursi dan duduk di sebelahnya.
“Ada apa, Sayang?”
“Bu Nisa... saya mau
tanya sesuatu,” ucap Mara.
“Iya? Mau tanya apa, Mara?”
“Saya sudah hampir sebulan
sholat terus, Bu. Dan saya juga sudah mulai paham nikmatnya sholat. Kata Bu
Nisa sholat bisa bikin hati tenang, ya? Tapi kenapa saya masih gelisah terus ya,
Bu?”
“Mara sudah bisa
mengaji?”
“Belum, Bu. Menyentuh
Al-Qur’an saja belum pernah.”
“Mara tahu? Ibn ‘Abbas
r.a meriwayatkan bahwa Rasullah SAW bersabda, ‘Jika kamu merasa was-was,
bacalah ayat Dialah Yang Maha Awal dan Yang Maha Akhir, Yang Maha Zahir dan
Yang Maha Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.’ Yang mana hadist
tersebut menjelaskan bahwa apabila kita merasa waswas dan gelisah, maka bacalah
Al-Qur’an. Mara sudah melaksanakan sholat, nah untuk melengkapinya Mara juga
harus membaca Al-Qur’an.”
“Tapi Al-Qur’an susah, Bu.
Tulisannya susah di mengerti.”
“Tidak susah jika kamu mau
belajar, Mara.... Ibu waktu kecil juga begitu, merasa bahwa Al-Qur’an itu
tulisannya rumit sekali. Namun setelah ibu tekun mempelajarinya, Alhamdulillah
akhirnya bisa.”
“Otak ibu sama otak Mara
kan berbeda, Bu. Bu Nisa pintar dari kecil, Mara bisa apa?”
“Jangan bicara seperti
itu, Sayang. Begini, sebetulnya Allah itu ingin agar Mara bisa tenang dan tidak
gelisah lagi, akhirnya Allah memberi petunjuk cara yaitu dengan membaca
Al-Qur’an. Sedangkan Allah pernah berkata dalam surat Al-Baqarah ayat 286 yaitu,
‘Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.’ Jadi
sudah pasti Allah tahu bahwa Mara mampu untuk membaca Al-Qur’an.”
Mara berpikir sejenak
dalam hati, ada rasa bahagia dalam hatinya setelah mengetahui jawaban dari
kegelisahannya selama ini.
“Wah... hebat sekali
semua pertanyaan terjawab di dalam Al-Qur’an. Kalau begitu, tolong ajari saya
membaca Al-Qur’an Bu....”
“MaasyaAllah... betul, Sayang.
Al-Qur’an adalah tempat menemukan jawaban. Nah karena Mara sudah ada niat, ibu
pasti akan mengajari Mara. Besok pulang sekolah, Ibu ke rumah Mara bisa? Kita
belajar Al-Qur’an di rumah Mara.”
“Bisa Bu! Pintu saya
terbuka kapan saja untuk Ibu....”
Mulai dari hari itu, Mara
berkomitmen untuk melaksanakan sholat lebih rajin dan khusyuk serta ingin
segera fasih dalam membaca Al-Qur’an.
Kinan dan teman-temannya
yang lain melihat terdapat perubahan dalam kehidupan Mara. Mereka melihat Mara
kini menjadi seseorang yang sabar, penuh ambisi, dan penuh rasa syukur. Ia dan
Kinan pun sekarang menjadi teman baik. Berkat pertolongan Allah Swt. Serta
kepedulian Kinan dan Bu Nisa, Mara akhirnya menjadi lebih dekat dengan Sang
Maha Kuasa. Alhamdulillah....
Komentar
Posting Komentar